Sabtu, 07 Juni 2008

Pengukuran dan Penilaian


Beberapa model penilaian program telah dikembangkan oleh para ahli untuk melaksanakan penilaian program. Model-model yang satu dengan yang lainnya memang tampak bervariasi namun kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sehubungan dengan pengambilan keputusan. Lebih jauh Kaufman dan Thomas (1980: 109-110) menyebutkan ada 8 model evaluasi secara umum. Kedelapan model tersebut adalah:

a. Formatif – Sumatif Evaluation Model

Model formtif – sumatif dikembangkan oleh Scrifen, model ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi yaitu evluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau beraakhir (evaluasi sumatif). Evaluasi formatif digunakan untuk informasi yang dapat emmbantu memperbaiki program , focus evaluasi berkisar pada kebutuhan yang dirumuskan oleh orang-orang program. Evaluator merupakan bagian program. Evaluasi sumatif dibuat untuk menilai kegunaan suatu objek, evaluasi sumatif digunakan untuk menilai apakah suatu program akan diteruskan atau dihentikan saja. Model evaluasi formatif- sumatif sesuai untuk mengevaluasi pemrosesan. Evaluasi formatif dapat dilaksanakan pada penggalan kegiatan sedangkan evaluasi sumatif dilksanakan pada akhir program.

b. CIPP Evaluation Model

Model CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam yang membagi evaluasi menjadi empat macam yaitu:

1) Contect evaluation to serve planning decisions. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujun program.

2) Input evaluation, structuring decisions. Evaluasi ini mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

3) Process evaluation, to serve implementing decisions. Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasi keputusan. Samapai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus direvisi ? setelah pertanyaan terjawab, prosedur dpat dimonitor, dikontrol dandiperbaiki.

4) Product evaluation, to serve recycling decisions. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah program berjalan.

Model CIPP mengarahkan objek sasaran evaluasinya pada proses masukan sampai hasil, dengan demikian model ini digunakan untuk mengevaluasi program pemrosesan.

c. CSE-UCLA Evaluation Model

Model CSE-UCLA mempunyai lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu

1) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadan atau posisi system.

2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasilmemenuhi kebutuhan program.

3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.

4) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan? Apakah menuju pencpaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul tak terduga.

5) Program Certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna program.

d. Countenance Evaluation Model

Model ini dikembangkan oleh Stake. Model Stake menekankan pada adanya pelaksanaannya dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan (judgment). Model evaluasi ini menurut struktur sistem memenuhi seluruh komponen masukan, proses dan hasil. Komponen – komponen tersebut menurut Stake disebut dengan istileh antecedent, transaction, dan outcome. Antecedent (masukan) yaitu keadaan persyaratan sebelum proses berlangsung, transaction (proses) yaitu kegiatan interaksi yang terjadi, dan outcome (hasil) yaitu suatu yang diharapkan dari interaksi yang terjadi. Model Stake pada prinsipnya sama dengan model-model evaluasi lain yaitu mencoba membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang ditargetkan atau diharapkan terjadi. Dengan kata lain membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan standar yang ditetapkan sebelumnya. Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini ialah behwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda dengan judgement atau menilai. Data antecedents ( masukan), transaction (proses) dan outcomes (hasil) dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolute, untuk menilai manfaat program.

a. Goal Oriented Evaluation Model

Dalam model ini yang menjdi objek pengamatan adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus, mencek sejauh mana tujun tersebut sudah terlaksana didalam proses pelaksanaan program. Model evaluasi yang berorientasi pada tujuan ini cocok diterapkan untuk mengevaluasi program yang jenisnya pemrosesan dalm bentuk pembelajaran. Peninjauan atas keterlaksanaan tujuan, dilakuakn secara terus menerus dan berkesinmbungan.

b. Discrepency Model.

Model Discrepency dikenal sebagai model kesenjangan yang dikembangkan oleh Malcolm Provus yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap komponen. Pada model ini menekankan kesenjangan yang sebetulnya merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evalusi, yaitu mengukur adnya perbedaan antara yang seharusnya dicapai dengan yang sudah riil dicapai.

g. Goal Free Evalution Model

Model ini dikembangkan oleh Scriven, dalam melaksankan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan cara mengidentifikasi penpilan-penampilan yang terjadi , baik hal-hal yang positif yaitu hal yang digarapkan, maupun hal-hal negative yang sebenarnya memang tidak diharapkan. Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus dicapai artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh manamasing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum akibatnyajumlah penampilan khusus ini tidak banyak manfaatnya. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci per komponen.

h. Responsive Evaluation Model.

Model ini dikembangkan oleh Stake , perbedaan antara model evaluasi responsive dengan model yang terdahulu adalah pengurangan peneknan pada ketelitian pengukuran, koleksi data sesudah dan sebelum tes. Model responsive secara langsung memperhatikan aktifitas program dengan melukiskan apa yang terjadi dalam program itu. Evaluasi ini dapat digunakan dalam kegiatan program yang terus menerus dan ketika dalam penyelesaian program tidak satupun yakin dengan apa yang mungkin terjadi. Model ini sangat membantu dalam evaluasi sumatif, dalam menyediakan pemehaman dari aktifitas program dengan kekuatan dan kelemahannya. Evaluasi resposif tidak tepat digunakan jika data hanya berupa dokumentasi dari tujuan yang harus ditemukan.

Tidak ada komentar: